Pada satu hari Bahlul Radiallahu anhu sedang berjalan2 di kota Basrah dan terserempak dengan sekumpulan budak2 sedang asyik bermain2. Di antara sekian ramai budak itu hanya ada seorang budak yang tidak ikut bermain.Dia hanya melihat saja sambil menangis.Bahlul mengagak budak tersebut menangis kerana tidak mempunyai mainan seperti teman2 yang lain.lalu Bahlul mendekati budak itu untuk memujuknya agar jangan menangis.
"Wahai anakku,mengapa engkau menangis ? Tak baiklah menangis macam ini.Biar pak cik belikan mainan seperti itu,nanti engkau boleh bermain seperti mereka." kata Bahlul.
Budak itu berhenti menangis sebentar kemudian memandang wajah Bahlul dan berkata :"Wahai pak cik yang cetek akal.Apakah kita ini diciptakan oleh Allah untuk bermain-main ?"
"Mengapa engkau berkata begitu ? Apakah engkau tahu untuk apa kita diciptakan ? tanya Bahlul.
"Ya tahu.Untuk menuntut ilmu dan beribadah kepada Allah." kata budak kecil tersebut.
Bahlul sangat terperanjat mendengar jawapan itu,tidak sangka budak sekecil itu punyai wawasan dan repomasi yang jitu.
"Semoga Allah memberkatimu.Dari mana engkau tahu tentang itu ?" tanya Bahlul lagi.
Budak itu menerangkan bahwa dia mengetahui perkara itu dari firman Allah s.w.t di dalam Al-Quran Surah Al-Mukminun ayat 115 yg bermaksud " Apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (sahaja), dan bahawa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ? "
"Wah ...kalau begitu engkau ini seorang hukamak.Sila berilah aku nasihat!" kata Bahlul setelah mengetahui kecerdasan budak itu.
Budak kecil itu lalu bersyair yang berisikan nasihat tentang dunia dan kerugian orang yang menjadikannya sebagai matlamat hidup.Setelah itu dia memekik kuat sehingga rebah ke tanah dan pengsan di situ.
Bahlul segera mengangkat kepalanya dan diletakkannya di ribaannya.Debu2 yang terdapat di kepala dan wajahnya dilap sehingga bersih.Sebentar kemudian dia sedar dari pengsannya.
"Wahai anakku,mengapa sampai begini rupa ? Engkau masih kecil dan belum mempunyai sebarang dosa." kata Bahlul.
"Pergilah engkau daripadaku.Wahai Bahlul,aku telah melihat ibuku menyalakan api didapur untuk memasak dengan memakai kayu yang besar2.Akan tetapi api tidak mahu membakar sehingga diumpan dengan kayu kecil2 terlebih dahulu.Dari pengalaman itu aku merasa takut kalau aku dijadikan kayu2 kecilnya neraka jahannam."
Sekali lagi Bahlul terpinga2 akan kepandaian budak itu,semua kata2 dan hujahnya bernas dan masuk akal.Kerana nasihat si kecil itu hati Bahlul tergugat rasa takutnya kepada allah memuncak dan dia pun pengsan di situ juga.Dalam keadaan demikian budak tadi beredar dari tempat itu.
Apabila Bahlul sedar dari pengsannya dia segera melihat pada kumpulan budak2 yang sedang bermain2 tapi budak cerdas yang satu itu sudah tiada di antara mereka.
"Siapa gerangan budak tadi itu ?" tanya Bahlul kepada budak2 yang ada di situ.
"Apakah pak cik tidak kenal dia ?"
"Tidak aku tidak kenal.'
"Dia itu dari keturunan Husain bin Ali bin Abi Talib Radiallahu anhum." jawab mereka.
Bahlul terkejut apabila mengetahui bahwa budak itu sebenarnya adalah keturunan Rasulullah s.a.w
Kalau begitu patutlah Benihnya memang dari pokok yang baik,maka tumbuh dan berbuah yang baik pula." kata Bahlul pada dirinya.
No comments:
Post a Comment